Pengertian dan Contoh Kurikulum Deep Learning: Inovasi Pembelajaran yang Lebih Bermakna dan Menyenangkan
TIM VideaClass ● Jumat, 18 April 2025 10:46

Pemerintah Indonesia tengah bersiap menghadirkan inovasi dalam dunia pendidikan melalui penggantian Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Deep Learning, sesuai dengan inisiatif dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti. Kurikulum ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna, menyenangkan, dan berorientasi pada pemahaman mendalam.
Apa Itu Kurikulum Deep Learning?
Kurikulum Deep Learning merupakan pendekatan pendidikan yang dirancang untuk memperkuat pemahaman siswa melalui proses pembelajaran yang lebih kritis, eksploratif, dan interaktif. Fokusnya tidak hanya pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pengembangan potensi dan pemaknaan materi oleh peserta didik.
Menurut Rometdo Muzawi, M.Kom., CEH., CCNA dalam bukunya Pengantar Dasar Deep Learning (2024:29), istilah deep learning sendiri berasal dari dunia teknologi, khususnya dalam cabang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan machine learning. Deep learning menggunakan jaringan saraf buatan bertingkat (multi-layer neural networks) untuk memproses data dan mengenali pola kompleks dalam berbagai bentuk—seperti teks, suara, gambar—yang menyerupai cara kerja otak manusia. Teknologi ini memungkinkan komputer melakukan tugas-tugas secara otomatis dengan akurasi tinggi, tanpa campur tangan manusia.
Walau berakar dari teknologi, filosofi dalam metode deep learning ini kini diadaptasi ke dalam dunia pendidikan melalui Kurikulum Deep Learning—sebagai cara untuk mendorong pembelajaran yang lebih relevan dan adaptif di era digital.
Pilar Kurikulum Deep Learning dan Contohnya
Terdapat tiga pilar utama dalam Kurikulum Deep Learning yang menjadi dasar dalam perancangannya:
1. Mindful Learning
Konsep ini mendorong siswa untuk lebih sadar dalam proses belajarnya, dengan memperhatikan emosi, minat, dan potensi individu. Guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator diskusi dan eksplorasi aktif.
Contoh penerapan:
Dalam mata pelajaran sains, siswa tidak hanya belajar tentang teori fotosintesis dari buku, tetapi juga melakukan eksperimen langsung serta berdiskusi tentang peran tumbuhan dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
2. Meaningful Learning
Pilar ini menekankan pemahaman makna dan tujuan dari setiap materi pelajaran. Siswa diajak melihat keterkaitan antara apa yang mereka pelajari dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh penerapan:
Saat belajar matematika, guru menjelaskan bagaimana konsep rasio dan persentase dapat digunakan dalam mengelola keuangan pribadi, bisnis, atau logistik.
3. Joyful Learning
Berbeda dari pembelajaran yang hanya mengandalkan hafalan, Joyful Learning menumbuhkan kesenangan dari proses memahami materi secara mendalam. Siswa lebih menikmati pembelajaran karena pendekatannya bersifat kreatif dan menyenangkan.
Contoh penerapan:
Saat mengajar sejarah, guru dapat mengadakan simulasi peristiwa bersejarah atau diskusi kelompok agar siswa tidak hanya menghafal tanggal dan tokoh, tetapi juga memahami latar belakang dan dampaknya.
Kurikulum Deep Learning adalah transformasi pendidikan yang menggabungkan pendekatan reflektif, aplikatif, dan menyenangkan dalam proses belajar. Dengan berfokus pada Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning, kurikulum ini diharapkan mampu membentuk siswa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kritis, kreatif, dan peduli terhadap lingkungannya.
Kurikulum ini merupakan jawaban atas tantangan zaman digital di mana siswa perlu lebih dari sekadar pengetahuan teoritis. Mereka membutuhkan pemahaman yang dalam, kemampuan berpikir tingkat tinggi, serta pengalaman belajar yang relevan dan membekas. (KSD)